Kasus Keracunan Baru Muncul di Bandung Barat, Ratusan Siswa Kembali Jadi Korban

INFO BANDUNG BARAT — Kasus keracunan massal terkait program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di Kabupaten Bandung Barat. Pada Rabu (24/9/2025), ratusan siswa dari sejumlah sekolah kembali dilaporkan mengalami gejala setelah menyantap makanan yang dibagikan.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat Dadang A. Sapardan menyebut, kasus terbaru ini justru muncul saat pihaknya sedang memantau penurunan jumlah korban sehari sebelumnya. “Tadi pagi sempat dilaporkan turun ke 7 orang, tapi jam 9 bertambah lagi di lokasi berbeda. Dari data sementara ada lebih dari tujuh sekolah, di antaranya SMK Karya Perjuangan, MI Cimega, SDN 1 Cipongkor, dan MTs Almukhtariyah Mande. Ada juga laporan tambahan dari SMK Bina Perjuangan dan beberapa SD lain,” katanya. Ia menegaskan koordinasi dengan camat dan sekolah sudah dilakukan agar pendataan lebih akurat dan mekanisme rujukan korban ke rumah sakit berjalan sesuai arahan bupati.
Kondisi di lapangan pun semakin kompleks. Kapolsek Sindangkerta, Iptu Sholehuddin, menjelaskan fasilitas kesehatan yang ada tidak mampu menampung lonjakan pasien. “Untuk sementara ditempatkan di GOR, kemudian ada juga yang di masjid. Tempat-tempat kosong kita isi untuk penanganan pertama. Diperkirakan hampir 150-an korban, dan kemungkinan masih bisa bertambah,” ujarnya. Menurutnya, korban dengan kondisi berat langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Menu makanan yang disantap siswa bervariasi di tiap sekolah. Di beberapa sekolah, menu terdiri atas nasi dengan ayam goreng sambal dan buah stroberi. Sementara di SMKN 1 Cihampelas, siswa menerima kentang, pecel dengan saus kacang, telur rebus, dan pisang. Situasi makin memprihatinkan setelah beredar video yang memperlihatkan adanya ulat di dalam sajian pecel, sehingga memunculkan dugaan adanya kontaminasi makanan.

Saat ini penanganan korban masih berlangsung dengan memanfaatkan GOR, masjid, puskesmas, dan sejumlah rumah sakit rujukan. Petugas juga sudah mengambil sampel makanan untuk diuji laboratorium, sambil menunggu hasil resmi penyebab pasti gelombang keracunan baru ini.***