38°C
25/09/2025
Peristiwa

Kasus Keracunan MBG: Lebih dari 6 Ribu Pelajar Jadi Korban, Jawa Barat Tertinggi

  • September 24, 2025
  • 2 min read
Kasus Keracunan MBG: Lebih dari 6 Ribu Pelajar Jadi Korban, Jawa Barat Tertinggi

INFO BANDUNG BARAT — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menyehatkan justru menimbulkan masalah serius. Sejak awal 2025, ribuan pelajar di berbagai daerah Indonesia dilaporkan mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu dari program tersebut.

Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat 5.080 korban dari 46 kasus, sementara Kementerian Kesehatan menyebut 5.207 korban dari 60 kasus. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga merilis angka serupa, yakni 5.320 korban dari 55 kasus. Namun, data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) lebih tinggi, yaitu 6.452 pelajar menjadi korban hingga 21 September 2025.

Dari sebaran wilayah, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak, mencapai 2.012 korban. Posisi berikutnya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 1.047 korban, Jawa Tengah 722 korban, Bengkulu 539 korban, dan Sulawesi Tengah 446 korban. Di Jakarta, salah satu kasus terjadi di Koja dengan 14 siswa terdampak. Kasus serupa juga ditemukan di Bogor, Sleman, Rejang Lebong, hingga Banggai.

Gejala yang dialami para siswa hampir seragam, mulai dari mual, muntah, diare, hingga pusing. Para ahli menilai penyebabnya beragam, mulai dari makanan yang dimasak terlalu pagi sehingga basi saat disantap, kontaminasi mikrobiologis seperti E. coli dan Salmonella, hingga proses penyimpanan dan distribusi yang tidak memenuhi standar keamanan pangan.

Tingginya jumlah korban memunculkan desakan agar pemerintah segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG. Beberapa langkah yang diusulkan adalah memperketat pengawasan dapur dan distribusi, memberikan pelatihan keamanan pangan kepada penyedia, melakukan uji laboratorium pada menu makanan, serta menyempurnakan SOP di setiap sekolah penyelenggara. Dengan begitu, program yang diniatkan untuk memperbaiki gizi pelajar tidak berubah menjadi ancaman kesehatan massal.***

About Author

Tim Redaksi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *