38°C
25/06/2025
Sejarah

Djaelani Hidayat: Dari Padalarang Menuju Kabinet Gus Dur

  • Juni 17, 2025
  • 3 min read
  • 37 Views
Djaelani Hidayat: Dari Padalarang Menuju Kabinet Gus Dur

Siapa Drs. H. Djaelani Hidayat?

INFO BANDUNG BARAT–Drs. H. Djaelani Hidayat, Ak. adalah salah satu tokoh penting asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian Republik Indonesia pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Lahir pada 16 Juni 1937 di Kampung Ciburial, Padalarang, beliau dikenal sebagai sosok sederhana, tangguh, dan berdedikasi tinggi terhadap bangsa dan budaya.

Masa Kecil Penuh Perjuangan di Tanah Sunda

Semasa kecil, Djaelani hidup berpindah-pindah mengikuti tugas sang ayah sebagai guru. Dari Padalarang ke Plered, lalu ke Wanayasa, ia menempuh pendidikan dasar sambil berjalan kaki sejauh 4 km tiap hari menuju SD Bojong. Masa kecilnya penuh tantangan, namun membentuk karakter disiplin dan mandiri. Sejak duduk di kelas 5 SD, ia mulai meraih peringkat satu, membuktikan potensinya di dunia pendidikan.

Awal Karier: Dari Kantor Pos hingga Komisaris BUMN

Karier Djaelani dimulai tahun 1955 di Kantor Pos dan Telegraf I Bandung sebagai petugas sortir surat dan loket. Sambil bekerja, ia melanjutkan pendidikan di SMA dan kemudian kuliah di Fakultas Sosial Politik dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad). Ketekunan dan kerja kerasnya membuahkan hasil, ia naik pangkat hingga menjadi Direktur Keuangan PT Pos Indonesia dan akhirnya menjabat Komisaris di BUMN tersebut.

Salah satu pencapaian pentingnya adalah perhitungan tarif pos yang ia susun dijadikan rujukan oleh Dirjen Postel dan Menteri Perhubungan saat itu, Prof. Emil Salim.

Menjadi Menteri Pariwisata dan Kesenian RI

Pada 29 Oktober 1999, Djaelani Hidayat diangkat menjadi Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian. Dalam jabatannya, ia memperjuangkan kemajuan pariwisata dan kebudayaan daerah, khususnya di Jawa Barat. Ia membandingkan kondisi Jawa Barat yang tertinggal dari Yogyakarta dalam hal promosi wisata budaya. Ia menekankan pentingnya sinergi antara Dinas Pariwisata, PHRI, ASITA, dan pelaku seni untuk memperkaya paket wisata, terutama pertunjukan kesenian malam hari.

Menurutnya, sektor pariwisata bisa menjadi penggerak ekonomi daerah. “Pariwisata bisa hidup kalau ada wisatawan,” ujarnya dalam satu wawancara. Ia percaya wisata budaya adalah kekuatan utama Indonesia.

Nilai-Nilai Sunda dan Kepedulian Budaya

Djaelani adalah tokoh Sunda yang menjunjung tinggi nilai “handap asor”, sopan santun, dan pentingnya bahasa ibu. Ia menyayangkan makin jarangnya penggunaan Bahasa Sunda dalam keluarga. Baginya, menjadi Sunda bukan hanya tentang kesenian, tetapi juga sikap hidup yang lemah lembut dan tidak adigung (sombong).

Wafatnya Sang Putra Padalarang

Drs. Djaelani Hidayat wafat pada 31 Januari 2006 di Bandung dan dimakamkan di Makam Keluarga Yayasan Al-Hikmah Mustofa, Warungkandang, Plered, Purwakarta, daerah yang juga pernah menjadi bagian dari hidupnya. Ia meninggalkan jejak yang dalam, bukan hanya di birokrasi, tapi juga di hati rakyat, sebagai tokoh inspiratif dari tanah Sunda.


Sumber:

Gusdur.net – “Drs. Djaelani Hidayat, Ak. Perekonomian Bisa Hidup Kalau Ada Wisatawan”

Wikipedia – “Hidayat Jaelani”

Kemenparekraf.go.id

About Author

Ayu Diah

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *