Beas Perelek: Warisan Kearifan Lokal Sunda yang Menghidupkan Rasa Gotong Royong

INFO BANDUNG BARAT–Beas Perelek adalah tradisi masyarakat Sunda yang mencerminkan gotong royong dan kepedulian sosial melalui sedekah beras harian.
Apa Itu Beas Perelek?
Beas Perelek merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Sunda yang dilakukan dengan cara menyisihkan sedikit beras setiap kali memasak. Hasil dari kumpulan beras ini kemudian disalurkan kepada warga yang membutuhkan seperti lansia, anak yatim, atau keluarga miskin. Tradisi ini masih hidup di sejumlah daerah seperti Cikalongwetan, Rancakalong, Majalengka, hingga Tasikmalaya.
Istilah perelek berasal dari bunyi khas beras yang dijatuhkan ke wadah bambu atau botol saat dikumpulkan. Sederhana namun bermakna, Beas Perelek adalah simbol kepedulian sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif masyarakat.
Filosofi di Balik Tradisi Beas Perelek
Tradisi ini bukan hanya tentang menyumbang beras. Lebih dalam, Beas Perelek mengajarkan nilai-nilai luhur dalam budaya Sunda, yaitu:
● Silih asih – saling menyayangi
● Silih asah – saling mengingatkan dan mengedukasi
● Silih asuh – saling menjaga dan merawat
Melalui Beas Perelek, tidak ada sekat antara si kaya dan si miskin. Yang memberi tidak merasa lebih tinggi, yang menerima tidak merasa rendah. Semua dilakukan secara sukarela dan setara sebagai bagian dari hidup bersama.
Bagaimana Beas Perelek Dijalankan?
Pelaksanaan Beas Perelek biasanya dilakukan dalam skala RT atau desa. Masyarakat secara sukarela menyisihkan satu gelas kecil beras setiap hari. Beas ini dikumpulkan oleh pengurus setempat seminggu atau sebulan sekali, kemudian disalurkan ke warga yang membutuhkan.
Tradisi ini juga tidak mengikat jumlah, siapa pun bebas memberi sesuai kemampuannya. Tak ada pemaksaan, karena esensinya adalah keikhlasan.
Mengapa Beas Perelek Masih Relevan?
Dalam era modern, Beas Perelek tetap relevan sebagai alternatif bentuk solidaritas sosial. Bahkan pada masa pandemi COVID-19, beberapa desa di Ciamis dan Tasikmalaya kembali menghidupkan tradisi ini untuk membantu warga yang terdampak secara ekonomi.
Ini membuktikan bahwa Beas Perelek adalah sistem sosial yang tangguh, berakar pada budaya, dan mampu beradaptasi dengan zaman.
Pelestarian Tradisi Beas Perelek
Beberapa daerah kini aktif melestarikan tradisi ini. Di Purwakarta, misalnya, pemerintah daerah mendorong pengumpulan Beas Perelek sebagai bagian dari program sosial. Di Majalengka, Desa Cimeong membentuk panitia khusus untuk menjalankan tradisi ini secara berkelanjutan.
Pelestarian Beas Perelek juga dimasukkan dalam program pendidikan budaya lokal, agar generasi muda mengenal dan melanjutkannya.