Iduladha: Menguji Kemelekatan, Bukan Sekadar Penyembelihan

INFO BANDUNG BARAT–Iduladha sering kali dipahami sebagai momen ibadah kurban, identik dengan penyembelihan hewan ternak seperti kambing dan sapi. Namun, makna yang lebih dalam dari hari besar ini kerap terlewatkan. Di balik perayaan kurban, tersimpan pesan spiritual tentang melepaskan kemelekatan, sebuah ujian yang lebih berat daripada sekadar menyembelih hewan.
Ibrahim dan Ujian Melepaskan yang Dicintai
Kisah Nabi Ibrahim menjadi dasar dari ibadah kurban dalam Islam. Saat diperintahkan Allah untuk mengorbankan putranya, Ismail, Ibrahim tidak hanya menghadapi ujian ketaatan, tetapi juga ujian melepas apa yang paling ia cintai. Perintah itu menguji batas kemanusiaan, sejauh mana seseorang mampu mengalahkan keterikatan pada sesuatu yang begitu berarti?
Kisah ini bukan sekadar sejarah. Ia adalah simbol bahwa kurban sejati bukan hanya menyentuh aspek fisik, tapi juga aspek batiniah: tentang menundukkan ego, merelakan ambisi, hingga mengikhlaskan rasa memiliki yang terlalu kuat.
Menggugat Egosentrisme Beragama
Dalam refleksi yang ditulis Nadirsyah Hosen di Islami.co, ditegaskan bahwa egosentrisme dalam beragama justru menjadi tantangan nyata saat ini. Alih-alih menjadikan agama sebagai jalan untuk menebar kasih dan empati, sebagian orang malah menjadikannya alat pembenaran untuk menyalahkan pihak lain.
Iduladha, dalam konteks ini, menjadi panggilan untuk menyembelih ego yang merasa paling benar sendiri. Ego yang menolak berdialog, yang tertutup dari pandangan lain, dan yang mengklaim kebenaran hanya milik kelompoknya. Ini semua adalah bentuk kemelekatan pada identitas yang bisa merusak esensi spiritualitas.
Kurban, Empati, dan Krisis yang Menguji
Tantangan zaman modern, seperti krisis iklim dan penyakit hewan, juga mendorong umat Islam untuk meninjau ulang praktik kurban. Di beberapa negara seperti Australia, sebagian Muslim memilih menyalurkan dana kurban dalam bentuk bantuan kemanusiaan sebagai bentuk empati yang lebih kontekstual.
Pilihan-pilihan ini menunjukkan bahwa esensi kurban tidak harus kaku, tapi bisa tetap berjalan selaras dengan situasi dan kondisi. Yang diuji tetap sama, sejauh mana kita siap melepaskan sebagian dari yang kita miliki, bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban, tapi juga untuk memberi manfaat lebih besar.
Apa yang Siap Kamu Kurbankan Tahun Ini?
Dalam dunia yang semakin materialistik dan kompetitif, melepas jadi terasa lebih berat. Namun justru di situlah letak ujian spiritual kita. Iduladha bukan hanya tentang daging dan darah yang mengalir di tanah, tapi tentang ego dan kemelekatan yang kita sembelih dalam hati.
Sudahkah kita menyiapkan sesuatu yang lebih dari sekadar hewan kurban tahun ini? Mungkin, jawabannya tersembunyi dalam apa yang paling enggan kita lepaskan.