38°C
25/09/2025
Budaya

Nasi Liwet: Filosofi, Tradisi, dan Warisan Kuliner Sunda

  • September 25, 2025
  • 2 min read
Nasi Liwet: Filosofi, Tradisi, dan Warisan Kuliner Sunda

INFO BANDUNG BARAT — Nasi liwet bukan hanya makanan pengisi perut, tetapi juga warisan budaya yang sarat makna. Hidangan khas Sunda ini dimasak menggunakan rempah-rempah alami seperti daun salam, serai, lengkuas, bawang merah, bawang putih, hingga cabai. Beberapa orang menambahkan santan untuk menciptakan rasa gurih yang lebih kaya. Tak hanya itu, kelezatan nasi liwet semakin lengkap dengan lauk pauk seperti ayam goreng, ikan asin, tahu, tempe, hingga udang dan cumi. Lalapan segar – mulai dari mentimun, kacang panjang, jengkol, pete, daun singkong, sampai daun pepaya – selalu hadir sebagai pelengkap, ditambah sambal yang mempertegas cita rasa.

Tradisi Ngaliwet dan Ngariung

Dalam masyarakat Sunda, proses memasak nasi liwet disebut ngaliwet. Cara tradisionalnya menggunakan kastrol di atas tungku kecil, di mana beras dimasak bersama bumbu hingga meresap sempurna. Namun, keistimewaan liwet tidak hanya terletak pada proses memasaknya, melainkan juga pada cara menikmatinya.

Tradisi ngariung liwet berarti makan bersama-sama di atas daun pisang, duduk melingkar di lantai, dan menggunakan tangan. Lebih dari sekadar makan, ngariung liwet adalah momen kebersamaan yang mempererat silaturahmi dan menumbuhkan rasa saling menghargai.

Filosofi dan Nilai Sejarah

Sunda memiliki ungkapan: “Sangkilang di lamba, trena taru lata garumna, hejo lembok tumuwuh, sarba pola wuwuhan...” yang menggambarkan alam sebagai sumber kesejahteraan manusia. Nasi liwet hadir sebagai cerminan filosofi tersebut – sebuah simbol kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur atas karunia alam.

Dari catatan sejarah, nasi liwet bahkan disebut dalam Serat Centhini (abad ke-19) sebagai makanan tradisional yang penting. Di Tatar Sunda, liwet sejak dahulu hingga kini menjadi hidangan istimewa untuk berbagai acara, mulai dari khitanan, syukuran, arisan, hingga menyambut tamu. Pada masa lalu, liwet juga kerap dibawa sebagai bekal ke kebun oleh para pekerja.

Lebih dari Makanan

Nasi liwet adalah gambaran cara hidup orang Sunda: sederhana, menyatu dengan alam, namun penuh makna. Setiap suapan bukan sekadar rasa gurih, tetapi juga pengingat bahwa hidup akan lebih nikmat bila dibagi bersama. Dalam sehelai daun pisang tempat liwet disajikan, tersimpan ajaran leluhur tentang gotong royong, rasa syukur, dan harmoni dengan alam.***

About Author

Tim Redaksi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *