38°C
29/09/2025
Budaya

Sisingaan: Perlawanan yang Menumbuhkan Kekuatan Rakyat Sunda

  • September 4, 2025
  • 2 min read
Sisingaan: Perlawanan yang Menumbuhkan Kekuatan Rakyat Sunda

INFO BANDUNG BARAT–Sisingaan adalah kesenian tradisional yang lahir di Subang, Jawa Barat, pada masa ketika rakyat hidup di bawah cengkeraman penjajahan Belanda dan Inggris. Kehadirannya bukan hanya sebagai hiburan rakyat, melainkan juga sebagai bentuk simbolik dari perlawanan masyarakat terhadap kekuasaan kolonial. Lewat seni, masyarakat Subang menyalurkan suara yang tertindas, mengubah tekanan menjadi kreativitas yang penuh makna.

Sejarah mencatat bahwa singa yang dijadikan boneka dalam pertunjukan Sisingaan melambangkan penjajah yang berkuasa. Empat orang pengusungnya menggambarkan rakyat pribumi yang tertekan dan dipaksa tunduk pada aturan kolonial. Namun di atas singa itu, duduk seorang anak yang menjadi pusat simbolisme. Anak tersebut bukan sekadar peserta upacara khitanan, melainkan lambang generasi penerus yang diharapkan mampu bangkit, menumbuhkan kekuatan, dan melanjutkan perlawanan terhadap penindasan.

Filosofi Sisingaan juga tercermin dalam iring-iringan yang mengelilingi boneka singa. Payung yang dibawa melambangkan perlindungan, sementara musik dan tari yang mengiringi menjadi penanda semangat kebersamaan. Seluruh elemen itu menyatu sebagai pengingat bahwa perjuangan rakyat Sunda tidak semata-mata lahir dari kekerasan, melainkan juga dari kesadaran budaya yang mendalam.Filosofi Sisingaan juga tercermin dalam iring-iringan yang mengelilingi boneka singa. Payung yang dibawa melambangkan perlindungan, sementara musik dan tari yang mengiringi menjadi penanda semangat kebersamaan. Seluruh elemen itu menyatu sebagai pengingat bahwa perjuangan rakyat Sunda tidak semata-mata lahir dari kekerasan, melainkan juga dari kesadaran budaya yang mendalam.

Kesenian ini sekaligus menjadi media pendidikan bagi generasi muda. Ia mengajarkan bahwa perlawanan bisa dilakukan dengan cara-cara yang terhormat, bahwa rakyat bisa menegakkan martabatnya melalui simbol, dan bahwa budaya bisa menjadi senjata yang halus namun kuat. Nilai itu kemudian berkembang menjadi apa yang kini disebut etnopedagogi, yaitu pendidikan berbasis kearifan lokal.

Seiring waktu, makna Sisingaan bertransformasi. Dari simbol perlawanan rakyat Subang terhadap penjajahan, ia menjelma menjadi ikon kebanggaan budaya Sunda. Meski zaman berubah, pesan yang dibawanya tetap sama: perlawanan harus menumbuhkan kekuatan, mengakar dalam kebersamaan, dan diwariskan kepada generasi penerus.

About Author

Tim Redaksi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *