Situ Umar, Danau Tua di Lembang yang Tak Pernah Kering dari Cerita

INFO BANDUNG BARAT — Situ Umar merupakan salah satu danau tua yang berada di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Terletak berdampingan dengan Situ PPI, keduanya dahulu menjadi pusat kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat setempat sebelum berkembangnya kawasan wisata. Kini, Situ Umar dikenal sebagai bagian dari destinasi populer Floating Market Lembang, namun sejarahnya mencerminkan perjalanan panjang hubungan masyarakat Lembang dengan alam dan air.
Nama Situ Umar berasal dari Mama Umar, tokoh agama yang dikenal santun dan berpengaruh di kalangan masyarakat Lembang. Ia disebut sebagai pengelola pertama kawasan perairan tersebut. Dalam budaya Sunda, sebutan “Mama” disematkan kepada tokoh ulama yang dihormati. Sosok Mama Umar sering dipanggil “Juragan Sepuh”, sebuah gelar yang menandakan kedudukannya sebagai sesepuh di wilayah itu. Hingga kini, beberapa keturunan keluarga Mama Umar masih tinggal di sekitar danau.
Pada masa kolonial dan awal kemerdekaan, Situ Umar berperan penting dalam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Airnya digunakan untuk irigasi lahan pertanian, sementara hasil tangkapan ikan seperti mas, mujair, dan nila menjadi sumber penghidupan bagi warga sekitar. Situ ini juga menjadi tempat masyarakat beraktivitas sehari-hari—dari memancing, mencuci, hingga beristirahat di bawah pohon rindang di tepi danau. Kawasan ini menjadi ruang publik alami yang mempertemukan warga dalam suasana tenang khas dataran tinggi Lembang.
Situ Umar juga menyimpan jejak sejarah masa perang. Pada awal Maret 1942, ketika pasukan Jepang menyerang Bandung, kawasan Lembang ikut menjadi sasaran pemboman. Ledakan bom yang jatuh di sekitar danau menyebabkan bentuk Situ Umar berubah dan diameternya melebar. Peristiwa ini menandai bahwa danau tersebut bukan hanya bagian dari bentang alam, tetapi juga saksi sejarah dari masa-masa genting perjuangan rakyat di Jawa Barat.
Setelah masa perang, kawasan Situ Umar kembali berfungsi sebagai tempat pemancingan dan rekreasi rakyat. Pada tahun 1960-an hingga awal 2000-an, danau ini dikenal sebagai salah satu lokasi favorit warga Bandung dan sekitarnya untuk berlibur. Aktivitas memancing, berperahu bambu, dan makan bersama keluarga di tepi air menjadi pemandangan umum setiap akhir pekan. Hasil ikan dari situ ini bahkan pernah menjadi komoditas penting dalam perdagangan lokal, memperkuat ekonomi kecil masyarakat sekitar.
Namun, seiring dengan berkembangnya kawasan Lembang sebagai destinasi wisata, fungsi Situ Umar pun ikut berubah. Pada tahun 2008, sebagian lahan di sekitar danau mulai digunakan untuk pembangunan pabrik air minum dalam kemasan. Kebijakan ini sempat menuai protes warga karena dikhawatirkan mengganggu keseimbangan ekosistem air. Meski demikian, proyek tetap berjalan dan menjadi salah satu tanda awal perubahan tata ruang di wilayah tersebut.
Perubahan besar terjadi pada Desember 2012, ketika Situ Umar secara resmi diubah menjadi kawasan wisata Floating Market Lembang. Danau yang dulunya menjadi tempat pemancingan sederhana kini disulap menjadi pasar terapung dengan konsep wisata kuliner di atas air. Pengelola tetap mempertahankan nama “Situ Umar” pada gerbang utama sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan identitas lokal. Kini, ribuan wisatawan datang setiap minggu untuk menikmati pemandangan air yang sama—meski dalam suasana dan fungsi yang berbeda.
Secara geologis, kawasan Lembang tempat Situ Umar berada merupakan bagian dari kaldera Gunung Sunda purba, hasil letusan besar yang terjadi dua hingga tiga juta tahun lalu. Aktivitas vulkanik dan pergeseran Sesar Lembang membentuk cekungan yang memungkinkan terbentuknya situ-situ alami di dataran tinggi ini. Faktor geologis inilah yang menjadikan Lembang kaya sumber air sekaligus rentan terhadap perubahan tata ruang dan eksploitasi berlebihan.
Kini, Situ Umar menjadi simbol bagaimana ruang alami dapat bertransformasi seiring perubahan sosial dan ekonomi. Di satu sisi, keberadaannya memperkuat sektor pariwisata dan membuka lapangan kerja baru. Namun di sisi lain, perubahan fungsi dari danau alami menjadi destinasi komersial juga menimbulkan tantangan bagi pelestarian lingkungan. Situ Umar bukan sekadar danau wisata, melainkan warisan sejarah yang mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat Lembang dari masa ke masa.***