38°C
26/06/2025
Sejarah

Mengenal Para Bangsawan dan Kisah Pengelana ‘Sarangèngè Surup’ di Desa Bojong Kecamatan Rongga

  • Juli 9, 2024
  • 4 min read
  • 269 Views
Mengenal Para Bangsawan dan Kisah Pengelana ‘Sarangèngè Surup’ di Desa Bojong Kecamatan Rongga

INFO BANDUNG BARAT—Desa Bojong berada pada ketinggian antara 800-1500 meter di atas permukaan laut. Letak Desa Bojong di Kecamatan Rongga terletak sekitar 76 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung dan kurang lebih 62/75 km dari Ibukota Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Ngamprah.

Desa Bojong merupakan Ibukota atau pusat dari Kecamatan Rongga yang ternyata menyimpan cukup banyak sejarah menarik. Mulai dari penamaannya yang terkesan ‘asal sebut’ juga tentang pemimpin-pemimpinnya.

Dilansir dari situs resmi Desa Bojong, penamaan desa ini berawal dari datangnya seorang pengelana yang mengaku berasal dari arah sarangèngè surup, meuntas walungan Cisokan yang artinya berasal darah matahari terbenam dengan menyebrangi sungai Cisokan (Sungai Cisokan sendiri kini menjadi pembatas wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur di wilayah selatan).

Pengelana tersebut tak sengaja lewat dan singgah di sebuah desa yang kini bernama Desa Bojong. Ketika mereka bertanya nama desa tersebut, warga setempat kebingungan menjawabnya karena memang desanya tidak memiliki nama. Namun, seorang tokoh masyarakat di desa tersebut menyebutkan nama “bobojong” untuk menamai desanya.

Sejak saat itulah, warga mulai menyebut desanya dengan nama Desa Bobojong. Tidak ada yang tahu pasti, entah dalam berapa masa yang terlalui hingga akhirnya Desa Bobojong berganti nama menjadi Desa Bojong.

Pra Tahun 1850

Namun, terdapat kisah lain dari Desa Bojong. Sebelum tahun 1850, nama Desa bojong semakin dikenal, tidak sedikit orang yang datang lalu kemudian bermukim di kampung tersebut.

Tapi sebaliknya, banyak pula warga asli Desa Bojong yang memilih meninggalkan kampung halamannya untuk berpindah ke daerah Cibitung, Sodong, Gununghalu, Celak, Cijenuk, bahkan ke daerah yang lebih jauh. Seperti Sukanagara, Pagelaran, Cililin, Batujajar, Cimahi, Cimindi, Garut, Tasik, Cianjur, Bogor, Jakarta, bahkan hingga ke luar Jawa.

Perkampungan yang di kemudian hari bernama bojong, dari waktu ke waktu terus mengalami petumbuhan dan perkembangan, terutama pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan berbagai tatanan kemasyarakatan termasuk kebudayaan dan adat istiadat maupun perkembangan luas wilayahnya.

Tidak ada yang tahu pasti pula tentang penghuni yang pertama kali membuka dan mendiami daerah Bojong ini, namun jika menurut pada cerita dari Bapak Omo (Kepala Desa Bojong yang ke 11) bahwa yang pertama kali menjabat sebagai petinggi adalah Raden Dalem Rangga (makamnya terletak di Astana Nyungcung=sekarang termasuk dalam wilayah desa Sukamanah) yang berasal dari keturunan Kerajaan Sukapura-Tasikmalaya.

Pada saat Raja Sukapura turun tahta, maka tahta kerajaan berpindah kepada putra mahkota (kakak sulung Raden Rangga), sementara itu, demi misi koloni, maka Raden Rangga sengaja oleh pemerintah kolonial belanda diberi daerah kekuasaan baru (yang melintang dari Cililin=Timur, Pagelaran=Barat, Citarum-Rajamandala=Utara dan Ciwidey=Selatan) sebelum terbentuk Kewadanaan Cililin agar beliau jauh dari kerabatnya dan pihak Belanda akan mudah menguasai daerah jajahan karena keluarga kerabat kerajaan Sukapura menjadi terberai saling berjauhan.

Salah satu keturunan Raden Rangga ada yang menjadi patinggi mashsyur dan dipuja masyarakanya di daerah Pagelaran (sekarang wilayah Cianjur Selatan), ia mempunyai julukan Raden Lurah Bintang yang bernama asli Raden Bratadirdja. Ia mempunyai adik bernama Raden Kartadirdja, Raden Kusumadirdja dan Raden Martadirdja.

Dugaan Pertama Kali Terbentuknya Desa Bojong

Sejak kapan tahun dan masa/zaman persis berdirinya Desa Bojong, sampai saat ini tidak ada yang mengetahui secara pasti. Namun bila memperhatikan cerita sejarah yang dikaitkan serta ditunjang oleh adanya situs ‘Makam Patinggi’ (menurut riwayat mulut ke mulut dari cerita orang tua dulu). Petinggi-petinggi tersebut adalah seorang Raden Dalem (Gelar Pemimpin terhormat) yang kala itu setara dengan Wadana (sebelum Kewadanaan Cililin),  semasa Bandung berada di bawah kepemimpinan seorang Raden Kanjeng Dalem Bupati yang pusat pemerintahannya berada di kota Bandung (sekarang Jl. Dalem Kaum).

Pada sekitar masa Patinggi Raden Dalem Rangga itulah awal keberadaan Desa Bojong yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang dijuluki ‘ Raden Lurah Jangkung’. Ini suatu gambaran, bahwa pada saat itu wilayah Bojong telah memiliki tatanan pemerintahan, kemasyarakatan, keagamaan serta kebudayaan yang tertib dan teratur di zamanya.

Adapun mengenai agama yang dianut oleh masyarakat Kampung Bojong sejak penghuni pertama yang mendiami Daerah Bobojong adalah agama Islam, ini menjadi suatu isyarat betapa lekatnya masyarakat terhadap tatanan keagamaan hingga sekarang.

Pada sekitar tahun 1850-an, sebagaimana tercatat dalam dokumen dan kearsipan negara serta telah masuk dalam peta administratif (semasa penjajahan kolonial Belanda). Desa Bojong merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gununghalu Kewadanaan Cililin (sekarang, setelah adanya pemekaran kecamatan, termasuk dalam wilayah Kecamatan Rongga) yang dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Raden Lurah Haji Sulaeman.

Pada saat itu sama hal dengan desa-desa yang sudah ada lainya, Desa Bojong memiliki sumber daya alam/potensi kemasyarakatan yang memadai sehingga termasuk wilayah koloni yang sama-sama mengalami penindasan oleh Kolonial Belanda. Maka berdasarkan hal tersebut di atas, Desa Bojong termasuk salah satu Desa tertua di Kabupaten Bandung (yang sekarang, setelah adanya pemekaran) termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat.***

About Author

Ayu Diah

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *