Wedal, Warisan Pengenalan Karakter Sunda Kuno yang Masih Bertahan

INFO BANDUNG BARAT—Di tengah modernisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan, ternyata masih banyak tradisi kuno yang tetap bertahan dan diyakini oleh sebagian masyarakat. Salah satunya adalah tradisi “wedal”, yang sering dianggap sebagai bagian penting dalam memaknai hari kelahiran seseorang.
Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang orang Sunda dan dipercaya memiliki pengaruh besar terhadap sifat, watak, hingga takdir seseorang. Menariknya, wedal mengaitkan elemen-elemen alam dengan hari kelahiran seseorang untuk memahami kepribadian dan takdir.
Elemen-Elemen Simbol dalam Wedal
Dalam kepercayaan Sunda Kuno, setiap hari dalam seminggu terhubung dengan elemen alam yang dianggap memengaruhi sifat, karakter, dan keputusan hidup seseorang.
Setiap elemen membawa energi dan pengaruhnya sendiri, yang diyakini akan tercermin pada kepribadian dan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain.

Hari Senin: Kembang
- Sifat: Orang yang lahir di hari Senin diasosiasikan dengan elemen kembang atau bunga. Mereka yang lahir di hari ini dikenal sebagai orang yang menjaga penampilan, selalu rapih, dan sangat disenangi banyak orang. Mereka murah hati, tetapi sering kali keras kepala dan suka menonjolkan diri.
- Karakteristik Positif: Dermawan, penuh kasih sayang, disukai banyak orang.
- Tantangan: Cenderung keras kepala dan suka menjadi pusat perhatian.
Hari Selasa: Seuneu
- Sifat: Orang yang lahir pada hari Selasa dihubungkan dengan elemen seuneu atau api. Mereka dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi, selalu siap membantu orang lain tanpa memandang siapa mereka. Orang-orang ini setia, tetapi ketika kecewa atau dikhianati, amarah mereka bisa sangat meledak.
- Karakteristik Positif: Semangat sosial, loyal, siap menolong.
- Tantangan: Mudah marah dan sering memperbesar masalah.
Hari Rabu: Daun
- Sifat: Hari Rabu diasosiasikan dengan elemen daun, simbol ketenangan dan kedamaian. Orang yang lahir pada hari ini cenderung pendiam dan kalem, namun mereka memiliki daya tarik tersendiri. Mereka sangat mencintai keluarga, tetapi sering kali mudah terbawa arus dan terlalu cepat percaya pada orang lain.
- Karakteristik Positif: Tenang, penuh kasih, setia pada keluarga.
- Tantangan: Mudah terpengaruh dan sulit menolak perintah.
Hari Kamis: Angin
- Sifat: Orang yang lahir di hari Kamis berada di bawah elemen angin. Mereka penuh semangat dan pantang menyerah. Sifat angin membuat mereka sulit untuk diam di satu tempat; mereka selalu mencari hal baru. Kadang-kadang mereka bisa lupa akan asal-usul mereka, tetapi mereka tidak suka menyimpan dendam.
- Karakteristik Positif: Tekun, gigih, selalu optimis.
- Tantangan: Terlalu banyak bicara dan cenderung curigaan.
Hari Jumat: Cai
- Sifat: Mereka yang lahir di hari Jumat memiliki elemen cai atau air. Sama seperti air yang tenang, orang dengan elemen ini dikenal sangat tenang, namun memiliki prinsip yang kuat. Mereka lebih memilih diam daripada berbicara hal yang tidak berguna. Orang lain sering terpesona dengan wibawanya, tetapi terkadang mereka juga bisa egois.
- Karakteristik Positif: Tenang, bijaksana, dihormati.
- Tantangan: Kadang terlalu diam dan sedikit egois.
Hari Sabtu: Taneuh/Bumi
- Sifat: Orang yang lahir di hari Sabtu berhubungan dengan elemen taneuh atau bumi. Mereka memiliki fisik yang kuat dan hati yang teguh. Orang-orang ini dikenal sebagai pekerja keras dengan cita-cita tinggi. Mereka rela berkorban demi orang lain, tetapi sering kali ingin menguasai segala hal yang mereka sukai.
- Karakteristik Positif: Pekerja keras, murah hati, kokoh dalam prinsip.
- Tantangan: Cenderung egois dan ingin menguasai.
Hari Minggu: Mega/Langit
- Sifat: Mereka yang lahir pada hari Minggu dihubungkan dengan elemen mega atau langit. Orang-orang ini memiliki jaringan pertemanan yang luas, pandai bergaul, dan penuh semangat. Namun, mereka kadang bisa terjebak dalam kesedihan, meskipun di luar mereka terlihat ceria. Dalam cinta, mereka sangat setia.
- Karakteristik Positif: Mudah bergaul, setia, penuh semangat.
- Tantangan: Kadang mudah terlarut dalam kesedihan.
Asal-Usul Wedal
Asal-usul tradisi wedal ini sangat erat kaitannya dengan budaya agraris yang ada di Nusantara, khususnya Jawa dan Sunda.
Pada masa lampau, masyarakat sangat bergantung pada perhitungan waktu untuk berbagai kegiatan penting, mulai dari bercocok tanam, pernikahan, hingga kelahiran anak.
Setiap waktu memiliki makna yang berbeda-beda, dan perhitungan weton ini bertujuan untuk menentukan hari-hari baik yang bisa membawa keberuntungan bagi kehidupan seseorang.
Dalam budaya Sunda Kuno, wedal dihitung berdasarkan kombinasi hari dalam kalender Jawa-Sunda, seperti Manis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon, yang dipadukan dengan siklus hari-hari dalam seminggu. Kombinasi ini menghasilkan hitungan yang dipercaya bisa memberikan gambaran tentang nasib seseorang.
Uniknya, banyak yang masih memercayai bahwa wedal ini bisa membantu dalam menentukan hal-hal penting dalam hidup, seperti waktu yang tepat untuk menikah, memulai usaha, hingga memberi nama bayi yang baru lahir.
Makna Filosofis Wedal
Wedal adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang mengajak kita untuk lebih memahami diri sendiri dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Tradisi ini tidak hanya memberikan pandangan spiritual, tetapi juga bisa menjadi alat introspeksi yang membantu kita dalam menghadapi berbagai keputusan hidup.
Artinya masyarakat Sunda telah diajarkan untuk mengenal diri sendiri bahkan sejak hari kelahirannya. Elemen-elemen bumi dimaknai dari manfaatnya diharapkan dapat tumbuh pula dalam diri orang Sunda.
Misalnya kembang atau bunga yang menjadi simbol elemen orang-orang yang lahir pada Hari Senin. Ini menandakan harapan orang tua agar anaknya mampu mengharumkan namanya bahkan keluarganya layaknya sekuntum bunga. Begitu pula pada manfaat elemen-elemen lain yang menjadi simbol. Seluruh elemen itu memiliki manfaat yang bisa dijadikan cerminan dalam kehidupan.
Meskipun tidak semua orang Sunda memercayainya secara mutlak, tradisi ini tetap menjadi bagian dari identitas budaya dan spiritual.
Konsep Wedal Tidak Tergerus Zaman
Menariknya, meskipun teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang, banyak generasi muda di Sunda yang masih menghormati dan mengikuti tradisi ini, walaupun mungkin dengan cara yang lebih fleksibel.
Di media sosial, kita bisa melihat semakin banyak orang yang membahas wedal kelahiran sebagai bagian dari jati diri mereka dengan pasangan, bahkan memadukannya dengan pembahasan astrologi atau zodiak.
Tradisi wedal juga sering muncul dalam acara-acara budaya Sunda, seperti perayaan adat atau seminar budaya yang mengulas tentang kearifan lokal.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun hidup di era digital, nilai-nilai tradisional seperti wedal masih memiliki tempat khusus di hati masyarakat Sunda.