38°C
26/10/2025
Sejarah

Dua Jeram Purba yang Hilang di Sungai Citarum

  • Oktober 21, 2025
  • 2 min read
Dua Jeram Purba yang Hilang di Sungai Citarum

INFO BANDUNG BARAT–Bandung Barat bukan hanya tentang gunung dan lembah, ia juga pernah punya dua curug megah yang kini lenyap di balik air Waduk Saguling. Namanya Curug Lanang dan Curug Kapek, dua air terjun yang dulu berdiri gagah di aliran Sungai Citarum bagian hulu. Kini, keduanya hanya tinggal cerita dalam catatan geologi dan memori penduduk sekitar.

Dulu, sebelum Waduk Saguling dibangun pada tahun 1980-an, aliran Citarum di wilayah Saguling dan Rajamandala memahat dua jeram besar yang dikenal masyarakat sebagai Curug Lanang dan Curug Kapek. Dalam peta-peta kuno kolonial Belanda, lokasi curug ini tercatat jelas. Antoine Payen, seorang pelukis dan naturalis Belgia, bahkan pernah menggambarkan panorama Curug Kapek dalam catatan perjalanannya pada 1819. Curug itu konon memiliki tebing batu kapur dengan air yang jatuh bertingkat, dikelilingi pepohonan rimbun khas lembah Priangan.

Curug Lanang, yang berjarak sekitar satu kilometer dari Curug Kapek, juga tak kalah menakjubkan. Bentuknya lebih tunggal dan deras, menjadi salah satu titik favorit para peneliti geologi awal abad ke-20. Dalam De Geologie van Java en Madoera (1949), disebutkan bahwa kedua curug ini merupakan hasil dari aktivitas tektonik purba yang membelah batuan endapan vulkanik di dataran tinggi Bandung. Air Citarum yang mengalir deras selama ribuan tahun mengikis dinding batu itu, membentuk lanskap air terjun yang monumental.

Namun, semua berubah ketika proyek raksasa Waduk Saguling dimulai. Pembangunan waduk ini memang menjadi tonggak penting bagi sistem energi di Jawa Barat, tetapi sekaligus menenggelamkan banyak situs geologi dan sejarah alam yang tak ternilai. Curug Lanang dan Curug Kapek perlahan hilang, tertutup air waduk. Kini, di titik yang sama, hanya terlihat permukaan air tenang dengan pemandangan pegunungan di kejauhan. Tidak ada lagi gemuruh air terjun yang dulu mengisi lembah Citarum.

Meski begitu, ingatan tentang dua curug itu tidak sepenuhnya hilang. Warga tua di sekitar Saguling masih menceritakan bagaimana mereka dulu bermain di sekitar curug, mendengar gaung air dari kejauhan, atau membawa tamu menelusuri jalur batu menuju dasar sungai. Para peneliti geowisata kini berupaya merekonstruksi jejaknya melalui peta lama, arsip kolonial, hingga citra geologi. Bagi mereka, Curug Lanang dan Kapek bukan sekadar air terjun, tapi bukti bahwa bentang alam Bandung Raya pernah lebih liar, lebih indah, dan lebih hidup dari yang bisa kita bayangkan sekarang.

About Author

Tim Redaksi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *