INFO BANDUNG BARAT—Terdapat sejumlah tempat wisata pada masa penjajahan Belanda.. Sebelum seperti saat ini, tempat-tempat tersebut memiliki peran penting dalam aktivitas pemerintahan kolonial di Indonesia.
Karena merupakan peninggalan penjajah Belanda, maka arsitektur dari bangunan yang kini jadi tempat wisata tersebut mempunyai gaya vintage. Tak heran jika deretan tempat ini kerap dijadikan lokasi untuk hunting foto oleh para pengunjung.
Adapun delapan rekomendasi tempat wisata sejarah di Bandung Barat dengan nuansa kolonial Belanda adalah sebagai berikut:
1. Benteng Tangkil di Cipatat Bandung Barat
Benteng Belanda Tangkil, sebuah peninggalan bersejarah yang terletak di wilayah Kecamatan Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat, menandai kehadiran kolonial Belanda di Indonesia pada awal abad ke-20.
Menurut beberapa sumber Benteng Tangkil dibangun antara tahun 1912 hingga 1918 oleh pemerintah Belanda, benteng ini adalah bagian dari sistem pertahanan yang dirancang untuk mengamankan wilayah tersebut dan mempertahankan kekuasaan kolonial Belanda.
2. PT Kertas Padalarang Bandung Barat
Perusahaan pabrik kertas pertama di Indonesia, PT Kertas Padalarang memasuki usia 100 tahun atau 1 abad. Tepat pada tanggal 22 Mei 1922, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membuat pabrik kertas di daerah Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat karena lokasinya yang strategis dekat dengan sumber mata air yang berasal dari Kaki Gunung Burangrang mengingat pembuatan kertas membutuhkan air dengan debit yang konstan agar proses produksinya berjalan dengan lancar.
PT Kertas Padalarang didirikan bertujuan untuk memproduksi kertas sekuriti atas permintaan pemerintah saat itu sebagai bahan baku dalam membuat dokumen penting Negara seperti kertas pita cukai, buku tanah, ijazah, kartu pos, wesel, KTP, Kartu Keluarga, Akta Lahir, SKCK, Giro Bilyet, CBS-I dan lainnya.
3. Benteng Gedong Dalapan di Cililin Bandung Barat
Di Kampung Pasir Gagak, RT 02/03, Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat terdapat sebuah benteng yang menjadi saksi bisu penjajahan Belanda. Benteng tersebut bernama Benteng Gedong Dalapan.
Benteng ini dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke-19 awal atau sekitar 1900-1906. Pembuatan benteng tersebut dipimpin oleh seseorang yang dikenal dengan sebutan Tuan Bengkok dan Tuan Jackson. Benteng itu menurutnya dulu cukup megah dan dijadikan pertahanan Belanda.
Bukan hanya sebagai tempat untuk mengawasi dan bertahan, di Benteng Gedong Dalapan juga dijadikan tempat untuk menyimpan senjata.
4. Pemancar Radio Nirom
Salah satunya gedung telekomunikasi atau pemancar bernama Gedung Bedrief, di Kampung Radio, Desa Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sebuah bangunan berusia 100 tahun lebih yang saat ini telah menjadi bangunan cagar budaya.
Sinyal radio komunikasi dari Stasiun Radio Nirom merupakan sinyal yang pertama sampai ke Belanda. Gelombang radio ini diterima oleh stasiun sementara yang ada di Blaricummermeent, Belanda, pada tahun 1919. Posisi antenanya berada di puncak Gunung Rangkong agar bisa menjangkau banyak tempat.
5. Observatorium Bosscha
Atas inisiasi Karel Albert Rudolf (K.A.R.) Bosscha. Dibantu oleh kemenakannya, R.A. Kerkhoven dan seorang astronom Hindia Belanda, Joan George Erardus Gijsbertus Voûte, Bosscha menghimpun para peminat untuk membentuk sebuah perkumpulan yang akan merealisasikan ide pembangunan observatorium di kawasan Lembang, Bandung Barat.
Pada pertemuan 12 September 1920 di Hotel Homann Bandung, dibentuk Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV) yang memiliki tujuan spesifik “mendirikan dan memelihara sebuah observatorium astronomi di Hindia Belanda, dan memajukan ilmu astronomi”.
Karel Bosscha bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini. Observatorium Bosscha diresmikan pada 1 Januari 1923.
6. Gedung Perkebunan Teh Panglejar
“De eerste steen voor deze fabriek werd gelegd door Marianne Jeannete van Hillegondsberg den 24 Maart 1925.” Demikian tulisan yang terpatri di prasasti batu marmer dekat pintu masuk Pabrik Teh Panglejar yang menyatakan bahwa pembangunan Pabrik Teh Panglejar tertanggal 24 Maret 1925 dihadiri oleh Marianne Jeannete van Hillegondsberg. Gedung ini terletak di Kecamatan Cikalongwetan, Bandung Barat.
Pabrik teh yang dalam perjalannya sejak dikelola oleh keluarga Jan Frederick (JF) van Hillegondsberg, pemilik Pabrik Teh Panglejar sekaligus Administrator Perkebunan Teh Panglejar, hingga kini di kelola PT Perkebunan Nusantara VIII mengalami pasang surut. Seiring perjalanan beberapa bangunan di kawasan Pabrik Teh Panglejar banyak yang tidak lagi digunakan, dan menjadi Bangunan Cagar Budaya.
7. Benteng Belanda Gunung Putri
Berlokasi di kawasan Gunung Putri, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Benteng Belanda Gunung Putri menjadi bagian penting dari warisan sejarah Indonesia.
Tentang asal-usul pembangunan Benteng Belanda Gunung Putri, ada beberapa cerita yang beredar.
Ada yang menyebutkan bahwa Belanda memulai pembangunan benteng ini pada tahun 1906, yang bersamaan dengan momen erupsi Gunung Tangkuban Parahu.
Namun, literatur lain mencatat bahwa benteng ini dibangun antara tahun 1913-1914.
8. Rumah-Rumah di Gedong Lima
Bangunan di Gedong 5 Padalarang adalah komplek sebuah peninggalan zaman Belanda. Deretan rumah ini pernah dipakai menjadi perumahan perusahaan kertas negara pada masa jayanya.
Lokasi ini masih digunakan sampai tahun 1992. Namun kini rumah-rumah tersebut sebagian besar sudah banyak ditinggalkan oleh penghuninya.***