INFO BANDUNG BARATHari Pahlawan merupakan hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, yang diperingati  tanggal 10 November setiap tahunnya di Indonesia. Hari Pahlawan Nasional ini merujuk pada puncak perlawanan rakyat Indonesia pada pertempuran Surabaya yang pecah pada 10 November 1945, di mana para tentara dan milisi indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.

Hari Pahlawan selalu menjadi momentum untuk mengingat perjuangan para pahlawan yang telah membela tanah air menuju kemerdekaan. Berikut adalah tempat-tempat di Kabupaten Bandung Barat yang bisa kamu jadikan tempat untuk napak tilas perjuangan para pahlawan.

1. Makam Pasir Pahlawan Otto Iskandar Dinata, Lembang

Makam pahlawan Otto Islandar Dinata di Lembang (foto: Istimewa)
Makam pahlawan Otto Islandar Dinata di Lembang (foto: Istimewa)

Kematian Otto Iskandar Dinata hingga kini masih misterius. Jasadnya hilang dan tidak pernah ditemukan. Meski begitu, Otto diduga gugur menjadi korban penculikan kelompok yang mengatasnamakan dirinya Laskar Hitam di Pantai Mauk, Tangerang pada 20 Desember 1945.

Untuk mengenang jasa perjuangannya, segumpal tanah pasir pantai Mauk dibawa sebagai simbol jenazah Otto Iskandar Dinata ke makam Pasir Pahlawan di Lembang.

Pasir itu kini menyatu dengan tanah di komplek pemakaman, tepatnya di sebuah lingkaran yang berada di depan monumen.



 Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973, pemerintah kemudian menetapkan Otto Iskandardinata sebagai Pahlawan Nasional.

Makam pahlawan Otto Iskandardinata terletak di Taman Makam Pahlawan Otto Iskandardinata, Jalan Raya Lembang, Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

2. Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor

Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor (foto: Istimewa)
Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor (foto: Istimewa)

Tugu di atas bukit yang berlokasi di Kampung Cipari Girang, RT. 3/2, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat merupakan tugu yang memiliki nilai historis bagi warga Cipongkor.

Tugu itu bernama “Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor”.

Memang cukup sulit menemukan letak tugu yang memiliki sejarah penting itu. Letaknya berada di atas bukit, warga di sana menyebutnya Bukit Pasir Kentit Tugu Juang.

Akses menuju lokasi Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor dari pusat Kota Bandung memang membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 50 kilometer dan membutuhkan waktu kurang lebih dua jam jika ingin mengunjungi tugu tersebut.

Lanjutnya, ke lokasi tugu itu, kamu akan melewati jalan setapak yang hanya cukup satu motor sembari menyusuri perkampungan rumah warga.

Namun setelah menyusuri jalan setapak itu, kamu akan langsung melihat Tugu Peringatan Perlawanan Rakyat Cipongkor.

3. Taman Makam Pahlawan Pasir Cikur, Padalarang

Taman Makam Pahlawan Pasir Cikur Padalarang (foto: Istimewa)
Taman Makam Pahlawan Pasir Cikur Padalarang (foto: Istimewa)

Taman makam pahlawan ini terletak di Pasir Cikur, Kampung Cadas Gorowong, RT 01/06, Campaka Mekar Padalarang, Kecamatan Padalarang.

Di tempat itu, para pejuang yang tengah beristirahat mendapat serangan mendadak pasukan Belanda hingga menyebabkan banyak korban jiwa. Kisah itu memang minim tercatat dalam dokumentasi atau buku-buku sejarah.

Peristiwa itu kemungkinan terjadi pada fase perang kemerdekaan sekitar tahun 1945. Catatan terkait peristiwa tersebut terbilang minim. Dalam buku Siliwangi Dari Masa Ke Masa, peristiwa pertempuran yang tercatat di wilyah Padalarang dan Cipatat adalah Pertempuran Gunungmasigit pada 17 Desember 1945. Pertempuran terjadi saat konvoi Pasukan Sekutu kena serbu Batalyon V Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin Duyeh di wilayah Cibogo. Penyergapan itu membuat Sekutu mendatangkan bala bantuan udara. Namun, imbas pencegatan konvoi Sekutu juga tak main-main.

Di ruas jalan Bogor-Bandung,‎ sekutu melakukan serangan balasan ke kampung-kampung seperti di wilayah Ciawi, Pacet, Cugenang, Ciranjang, Rajamandala, Cipatat, dan Padalarang. Jika mengacu buku itu, bisa jadi peristiwa penyerangan pejuang di Pasir Cikur merupakan dampak gangguan terhadap konvoi-konvoi musuh yang berujung aksi pembersihan terhadap para pejuang. Meskipun minim tercatat, peristiwa muram Pasir Cikur tetap laik untuk terus diingat. Karena sejarah bukan cuma panggung tokoh-tokoh dan peristiwa besar macam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, tetapi juga kejadian-kejadian di desa tempat pusara dengan nisan tanpa nama tersebut berada.

Deretan pusara dengan nisan dicat merah putih tampak berjajar selepas melewati gapura. Hanya terdapat 10 kuburan bernisan di lokasi itu. Nisan-nisan tersebut tak memuat atau bertuliskan identitas para pejuang yang gugur.

4. Taman Makam Pahlawan Batujajar

Taman Makam Pahlawan Tak Dikenal di Batujajar (foto: Istimewa)
Taman Makam Pahlawan Tak Dikenal di Batujajar (foto: Istimewa)

Taman Makam Pahlawan yang berada dekat dengan aliran Sungai Citarum ini didominasi pusara pahlawan tanpa nama. Pusara itu bercat merah-putih dan hanya tertera sebuah tulisan ‘pahlawan tak dikenal’. Ada delapan nisan tanpa nama yang ada di sana.

Selain itu, ada juga pusara pejuang lainnya yang dilengkap dengan nama, yakni Letkol Oon Sudarna, Mayor Inf Bambang, H.D. Jawadi S, serta Peltu Rukjat. Seluruh kuburan itu tampak teduh dipayungi pohon beringin besar serta sebuah monumen megah setinggi 3 meter yang dibalut keramik dan ukiran bintang warna keemasan.
Sungai Citarum menjadi kuburan massal korban pembantaian tentara Belanda KNIL tahun 1946-1947 atau tepatnya pascakemerdekaan Republik Indonesia.
Saat itu, tengah berlangsung operasi Korps Pasukan Khusus KNIL atau Korps Speciale Troepen (KST) melakukan pembersihan terhadap masyarakat pro-kemerdekaan. Alhasil di daerah Kampung Warung Pulus Sungai Citarum kerap penuh Mayat dan potongan tubuh mengambang terbawa arus deras dari hulu.
Berangkat dari tragedi itulah warga berinisiatif membuat makam kamuflase atau kuburan tanpa mayat, tepat di bekas jembatan Citarum Warung Pulus. Total makam tersebut ada 10 dengan perhitungan 1 makam mewakili 100 orang korban. Namun tahun 1984 makam tersebut dipindahkan ke lokasi Taman Makam Pahlawan saat ini karena saat itu ada proyek Bendungan Saguling.