38°C
25/06/2025
Lingkungan Hidup

Overtourism di Lembang: Ketika Wisata Berlebihan Picu Banjir dan Longsor

  • Mei 26, 2025
  • 2 min read
  • 11 Views
Overtourism di Lembang: Ketika Wisata Berlebihan Picu Banjir dan Longsor

Lembang, Destinasi Wisata Favorit yang Tertekan

INFO BANDUNG BARAT–Lembang adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Bandung Barat. Dengan udara sejuk, pemandangan pegunungan, serta berbagai atraksi alam dan buatan, wilayah ini menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Namun, di balik popularitas tersebut, Lembang kini menghadapi tekanan berat akibat fenomena overtourism, lonjakan wisatawan yang melampaui daya dukung lingkungan dan sosial setempat.

Apa Itu Overtourism?

Overtourism adalah situasi ketika jumlah wisatawan di suatu destinasi melebihi kapasitas lingkungan dan infrastruktur yang tersedia. Akibatnya, pariwisata tidak lagi memberi manfaat, melainkan menimbulkan kerusakan ekologis, sosial, dan ekonomi. Fenomena ini semakin sering terjadi di destinasi populer dunia, termasuk di Indonesia.

Pembangunan Tak Terkontrol di Kawasan Rawan

Dalam satu dekade terakhir, Lembang mengalami ledakan pembangunan yang pesat. Lahan pertanian dan hutan yang dulunya berfungsi sebagai resapan air diubah menjadi vila, glamping, restoran, dan area komersial lain. Banyak dari pembangunan ini terjadi di lereng dan zona rawan longsor tanpa kajian lingkungan memadai.

Konversi lahan hijau ini menyebabkan penurunan daya serap tanah, terganggunya ekosistem, dan meningkatnya potensi bencana. Jalan-jalan utama seperti Maribaya dan Cikole menjadi lebih rentan terhadap genangan dan pergerakan tanah.

Banjir dan Longsor Mei 2025: Dampak Nyata Overtourism

Pada Mei 2025, wilayah Lembang dilanda banjir besar dan longsor setelah hujan deras mengguyur selama berjam-jam. Jalan utama tergenang, rumah-rumah terendam, dan beberapa titik longsor menutup akses warga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat bahwa kerusakan ini diperparah oleh kurangnya daerah resapan dan pembangunan di area rawan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa bencana tersebut tidak hanya disebabkan oleh curah hujan ekstrem, tetapi juga oleh tata ruang yang tidak lagi selaras dengan daya dukung lingkungan akibat tekanan pariwisata.

Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Warga Lokal

Selain kerusakan ekologis, overtourism di Lembang juga menimbulkan dampak sosial. Harga tanah melonjak, ruang hidup masyarakat menyempit, dan budaya lokal mulai terpinggirkan. Banyak warga terpaksa menjual tanah atau beralih profesi karena tak mampu bersaing dengan arus ekonomi baru yang berorientasi wisata.

Kasus Lembang dalam Konteks Global

Fenomena serupa terjadi di berbagai destinasi internasional seperti Venice (Italia), Kyoto (Jepang), dan Machu Picchu (Peru). Setiap destinasi yang mengalami overtourism cenderung menghadapi masalah serupa: kerusakan lingkungan, konflik sosial, dan krisis identitas lokal.

Lembang kini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pariwisata yang tidak dikelola dengan tepat dapat menjadi bumerang, mengancam keselamatan lingkungan dan kesejahteraan penduduk.

About Author

Ayu Diah

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *