38°C
25/06/2025
Budaya

Melatih Keaktifan Bergerak Bagi Perempuan di Balik Pamali “Tong Diuk di Lawang Panto, Bisi Nongtot Jodo”

  • Oktober 10, 2024
  • 2 min read
  • 200 Views
Melatih Keaktifan Bergerak Bagi Perempuan di Balik Pamali “Tong Diuk di Lawang Panto, Bisi Nongtot Jodo”

INFO BANDUNG BARAT—Konsep pamali tumbuh dan seolah menjadi pegangan hidup bagi orang Sunda. Salah satunya adalah pamali ketika anak gadis duduk di depan pintu. Tindakan ini dipercaya dapat menyebabkan kesialan, kesulitan rezeki, hingga menjauhkan diri dari jodoh.

Ungkapan ulah cicing di lawang panto, bisi nongtot jodo (jangan duduk di depan pintu, nanti susah dapat jodoh) barangkali sering kita dengar dari orang tua atau kakek nenek zaman dulu. Tapi benarkah duduk di depan pintu bisa berpengaruh terhadap jodoh?

Ilustrasi diuk dina lawang panto (foto: Istimewa)
Ilustrasi diuk dina lawang panto (foto: Istimewa)

Berikut ini merupakan penjelasan pamali ini dari berbagai sudut pandang:

Makna Filosofis:

  • Penghalang Rezeki: Dalam budaya Sunda, pintu dianggap sebagai akses keluar masuknya rezeki, termasuk jodoh. Duduk di depan pintu diartikan sebagai menghalangi rezeki tersebut, sehingga sulit didapatkan. Ini mengajarkan tentang pentingnya bersikap terbuka dan proaktif dalam mencari jodoh.
  • Ketidakaktifan: Duduk di depan pintu bisa dilihat sebagai sikap pasif dan kurang inisiatif. Dalam hal mencari jodoh, dibutuhkan usaha dan keaktifan untuk membangun relasi dan mengenal orang baru.
  • Kesopanan: Duduk di tempat lalu lalang orang bisa dianggap kurang sopan, apalagi jika menghalangi jalan. Ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga perilaku dan tata krama, yang tentunya berdampak positif dalam relasi sosial.

Pandangan Logis tentang Larangan Diuk di Lawang Panto

  • Tidak Ada Hubungan Kausalitas: Dari segi ilmu pengetahuan, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan duduk di depan pintu bisa mempengaruhi jodoh. Jodoh dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepribadian, lingkungan, dan usaha individu.
  • Stereotipe Gender: Larangan ini mungkin saja dipengaruhi oleh stereotipe gender di masa lalu, di mana perempuan diharapkan menunggu dan pasif dalam hal jodoh.

Pamali “ulah cicing di lawang panto, bisi nongtot jodo” mengandung nilai-nilai kearifan lokal tentang pentingnya keaktifan, kesopanan, dan keterbukaan dalam bermasyarakat. Namun, anggapan bahwa hal tersebut bisa mempengaruhi jodoh tidak didasari bukti ilmiah. Jodoh lebih ditentukan oleh usaha, pilihan, dan takdir individu.

About Author

Tim Redaksi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *