INFO BANDUNG BARAT—Bandung Barat memang tak pernah kehabisan stok destinasi-destinasi wisata yang ciamik. Ada saja beragam potensi wisata di kabupaten ini yang dapat digali para traveller. Mulai dari pemandangan alam hingga pemandangan kotanya, semuanya serba instagramable dan memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi. Tidak heran jika Bandung Barat masuk ke dalam salah satu kota yang paling ramai dikunjungi wisatawan psda hari-hari libur.

Salah satunya pesona air terjun di Bandung Barat yang rata-rata menjulang tinggi mengingat letak geografisnya yang dikelilingi gunung dan perbukitan. Contohnya seperti Curug Malela atau Curug Penganten, dua curug yang namanya sudah tidak asing di telinga para traveller. Namun kali ini kita akan mengorek sedikit tentang Curug Halimun.

Curug Halimun merupakan wisata alam yang sudah melegenda sejak dulu Curug ini diketahui pernah menjadi air terjun terbesar di Pulau Jawa. Sayangnya, sekarang curug ini hanya menyisakan sisa-sisa kemegahan saja. Diketahui pula aliran air terjun ini berasal dari Sungai Citarum.

Hal ini disebutkan juga dalam laman fitb.itb.ac.id, seluruh aliran air Citarum mengalir pada lembah sempit berbatu-batu, menciptakan jeram dan air terjun yang bertingkat-tingkat antara Cukang Rahong dan Curug Halimun.

Curug Halimun pernah disebut dalam buku”Panduan Wisata Gids van Bandoeng en Midden-Priangan” (1927) oleh SA Reitsma dan WH Hoogland. Kedua penulis ini menggambarkannya sebagai air terjun terbesar di Pulau Jawa.

Mereka menulis, Curug Halimun memang bukan air terjun yang tertinggi, tapi merupakan air terjun terbesar di seluruh Jawa. Inilah yang menjadi daya tarik banyak orang untuk mengunjunginya, padahal jalan masuk ke tempat ini sangat sulit pada awal abad ke-20.

Foto Curug Halimun dalam buku Bandoeng en Haar Hoogvlaakte (1950)

Dari perkiraan beberapa sumber, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 45 meter dan lebar 75 meter. Benar-benar curug yang cukup megah pada saat itu.

Namun mungkin, sejak pembangunan PLTA, pembendungan Danau Saguling, atau masalah keringnya Sungai Citarum, membuat curug ini hanya menyisakan aliran air kecil dari bekas curug besar di masa lampau. Kini, curug tersebut hanya memiliki ketinggian 12 meter.

Menurut Pokdarwis setempat, arti dari Curug Halimun ialah air terjun yang tak terlihat, karena di masa dulu air terjun ini dipenuhi kabut. Maka dari itu masyarakat setempat sepakat menyebutnya dengan sebutan Curug Halimun.

Di temukan pertama kali oleh seorang Jerman, Franz Junghun dan ditulis lagi oleh S A Reitsma dalam “Majalah Tropisch Nederland Tanggal 28 Desember 1928”. Curug Halimun merupakan bagian dari anak sungai Citarum Purba yang penuh dengan legenda, misalnya Sangkuriang.

Konon, ada larangan atau pantrangan ketika memasuki daerah curug. Diantaranya jangan mengucap kata waluh, tidak boleh mengunjungi curug di hari Senin, dan lain sebagainya.***