INFO BANDUNG BARAT—Tidak kalah dari kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Sindangkerta ternyata menyimpan cerita unik di dalamnya. Meski keadaan tidak seindah ceritanya di masa lampau akibat penambangan, namun Gunung Sanggar di Desa Sindangkerta Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat ini patut kita kenali sebagai warisan sejarah yang memukau.

Menurut ahli geologi Sudjatmiko dalam Peta Geologi Lembar Cianjur edisi tahun 2003, Gunung Sanggar dikategorikan sebagai gunungapi intrusif atau gunungapi terobosan. Bentuknya berupa lava andesit yang menyumbat atau membeku di leher gunungapi.

Dilansir dari artikel berjudul Gunung Sanggar, Kabuyutan Tempat para Hyang Bersemayam yang ditulis T Bachtiar, di Sindangkerta, terjadi dinamika bumi. Diawali dengan naiknya magma cair-pijar bersuhu 1.200 derajat celsius ke permukaan pada empat juta tahun lalu.

Desakan magma yang naik itu dapat menyebabkan terjadinya letusan gunungapi. Ketika energi letusannya melemah, magma itu tak mampu lagi mencapai permukaan bumi, sehingga membatu dan menyumbat leher gunungapi atau pipa gunungapi. Itulah yang disebut sumbat lava. Gunung Sanggar yang berbentuk kerucut, merupakan titik tengah dari gunungapi purba.

Menurut Peta Lembar Cililin yang diterbitkan di Batavia oleh Topographisch Bureau tahun 1907,  pada awalnya, tinggi Gunung Sanggar adalah +740 m. Dari referensi yang sama terbitan tahun 2000 oleh Bakosurtanal (sekarang Badan Informasi Geospasial), ketinggian Gunung Sanggar adalah +729 m, atau 11 meter lebih rendah dari pencatatan tahun 1905-1906. Batuan masif setinggi 11 meter itu menjadi bagian yang didinamit pada saat penambangan.

Penamaan Gunung Sanggar

Nama geografis yang tertulis dalam peta sejak zaman kolonial adalah Gunung Sanggar. Namun warga setempat pernah mendengar nama lain, yaitu Gunung Puhun. Setelah ditelusuri oleh T. Bachtiar dalam beragam tulisan, kata puhun, pupuhunan, sama artinya dengan sanggar, atau saung sanggar, atau sanggah, yaitu saung kecil yang didirikan di sawah pada saat akan panen, yang di dalamnya disimpan persembahan.

Gunung Sanggar Sindangkerta (Foto: T. Bachtiar)

Sanggar dalam agama Hindu bermakna tempat pemujaan, tempat suci, tempat untuk memanjatkan doa, pujian, dan tempat mengalunkan permohonan harapan. Gunung Sanggar pun demikian, ketika nama ini dilekatkan pada masa lalu, gunung batu yang kokoh, dengan bentuknya yang menarik, dianalogikan sebagai sanggar, sebagai sanggah. Sanggar dalam wujud alami berupa bukit kecil dengan lingkaran kaki gunung yang sempurna.

Garis tengah gunung ini sekitar 250 m, menjadi tempat sakral untuk peribadatan. Sesuai dengan namanya, sanggar, nama ini sama maknanya dengan kabuyutan di Tatar Sunda. Gunung Sanggar pada mulanya dijadikan kabuyutan untuk melangsungkan peribadatan. Saat itu dipercaya, di puncak Gunung Sanggar menjadi tempat para hyang bersemayam.***