INFO BANDUNG BARAT—Film Inside Out 2 kembali hadir di layar bioskop dan menjadi perbincangan hangat para pecinta film di seluruh dunia.
Sekuel dari film animasi Pixar yang fenomenal di tahun 2015 ini, menghadirkan petualangan baru Riley yang semakin kompleks dan penuh warna.
Sekuel film animasi Inside Out ini dinantikan banyak penggemarnya karena ceritanya relevan dengan kehidupan sehari-hari dan memberikan pelajaran berharga.
Di lingkungan dan kehidupan baru Riley, muncul emosi-emosi baru seperti Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarrassment. Emosi-emosi ini berusaha menggantikan emosi-emosi Riley yang sudah ada sejak kecil karena dianggap tidak relevan lagi selama pubertas Riley.
Film ini hadir dengan sentuhan komedi dan aksi yang menghibur. Inside Out 2 menghadirkan cerita yang tidak hanya cocok untuk anak-anak tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi orang dewasa. Lalu, pelajaran tentang emosi seperti apa yang bisa diambil dari film ini?
1. Setiap emosi bertujuan untuk membantu perkembangan diri
Pelajaran berharga pertama dari Inside Out 2 adalah bahwa setiap emosi dalam diri kita memiliki peranannya masing-masing, baik peran itu dianggap baik atau buruk, semuanya penting untuk pertumbuhan kita sebagai manusia dewasa.
Dalam cerita di film ini, mengisahkan tentang Riley yang tengah menjalani kegiatan baru di kamp hoki es. Ketika dia berusaha keras dan memiliki ambisi untuk tampil lebih baik, itu memicu munculnya kecemasan atau Anxiety yang mendominasi pikirannya. Joy, yang ingin mengendalikan situasi, merasa kesulitan menghadapi kecemasan ini.
Berdasarkan kutipan Greater Good, Mac Brackett yang merupakan direktur pendiri Yale Center for Emotional Intelligence menjelaskan bahwa kecemasan sebenarnya dapat mempersempit fokus kita pada detail dan membantu kita menghindari bahaya.
Stigma negatif terhadap kecemasan sering kali membuat kita cenderung mengabaikan emosi tersebut, padahal melalui kecemasan, kita dapat memperhatikan hal-hal penting dan memperkuat kemampuan kita untuk berkembang.
2. Menerima emosi yang ada di dalam diri sebagai bentuk self love
Self love atau mencintai diri sendiri adalah isu yang sangat penting saat ini dan sering kali disuarakan di media sosial. Namun, melakukan hal tersebut tidaklah mudah, terutama ketika kita sedang dilanda emosi negatif.
Ada kalanya kita cenderung mempermalukan diri sendiri ketika mengalami situasi memalukan, atau merasa gagal ketika impian belum tercapai. Sebaliknya, daripada menyalahkan diri sendiri, penting untuk berdamai dengan diri sendiri dengan menerima segala hal yang terjadi dalam hidup kita.
Mencintai diri sendiri juga berarti menghargai diri kita apa adanya, baik itu saat kita merasa kurang sempurna atau sedang mengalami kesulitan. Ini melibatkan proses mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya dan menghargai perjalanan kita sendiri dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Ketika kita mempraktikkan self love, kita tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia luar, tetapi juga menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk kesejahteraan emosional dan mental kita.
Dengan menerima dan mencintai diri sendiri, kita bisa membangun rasa percaya diri yang lebih dalam dan kemampuan untuk menjalani hidup dengan lebih positif dan berdaya.
3. Belajar mengelola emosi agar dapat berbaur dengan lingkungan baru
Sebagai seorang remaja yang aktif di kamp hoki, Riley banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dalam tindakannya dan perasaannya. Berbeda dengan cerita Inside Out sebelumnya, di mana pengalaman masa lalu Riley memainkan peran utama dalam membentuk tindakannya.
Dalam situasi ini, Riley sebagai remaja dihadapkan pada ujian untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial di lingkungannya. Emosinya semakin intens ketika dia harus menjaga persahabatan dan membuat kesan yang baik di antara teman-teman barunya.
Seperti dalam kehidupan nyata, penting bagi kita untuk mengelola emosi dengan baik agar dapat berinteraksi dengan berbagai kelompok sosial.
5. Tidak berekspektasi tinggi kepada diri sendiri dengan tujuan ingin diterima banyak orang
Di kehidupan nyata, banyak remaja menghadapi masalah kesehatan mental karena tekanan tidak realistis dari lingkungan sosial mereka. Tekanan ini sering kali mendorong mereka untuk mengejar ekspektasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan dan terkenal.
Dalam film Inside Out 2, masa pubertas Riley ditampilkan dengan kompleksitas emosi yang lebih besar. Emosi-emosi ini bisa semakin sulit dikendalikan jika kita terpengaruh oleh stigma masyarakat yang menuntut kita untuk mencapai standar tertentu agar diterima.
Sebagai gantinya, daripada menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi, penting untuk menerima dan menghargai usaha kita sendiri dan masa depan yang telah kita ciptakan.
Meskipun terlihat kecil, pencapaian apa pun adalah langkah positif yang lebih baik daripada mengikuti ekspektasi yang tidak relevan dengan identitas dan nilai-nilai diri kita.***
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan