INFO BANDUNG BARAT–Baru-baru ini Kongres Luar Biasa (KLB) Polio diselenggarakan di Kabupaten Purwakarta. Kongres tersebut menggugah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat untuk melakukan penanganan cepat terkait polio pada Senin pagi (28/10/2024).

Kabupaten Bandung Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta Purwakarta membuat dinas terkait lebih cepat bergerak cepat mengintensifkan kewaspadaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular ini, terutama di kawasan perbatasan.

Pergerakan ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Dr. Ridwan Abdullah Putra, SPOG, pada rapat koordinasi dengan jajarannya.

Ridwan Abdullah Putra, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (foto: iNews)

“Terjadinya kembali kasus polio ini bisa jadi disebabkan oleh cakupan imunisasi yang masih rendah di wilayah tersebut. Ada beberapa faktor, termasuk keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan dan kurangnya edukasi, yang mungkin berperan,” kata Ridwan.

Ridwan menambahkan, pandemi COVID-19 menurunkan cakupan imunisasi. Hal itu membuka peluang bagi polio untuk kembali menyebar.

“Sebelumnya, kita sudah dinyatakan bebas polio secara nasional, tetapi pandemi mengubah banyak hal,” tambah Ridwan.

Dinkes Kabupaten Bandung Barat utamakan kampanye imunisasi polio

Adapun polio adalah penyakit yang menyerang saraf di tulang belakang dan batang otak. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan terutama pada tungkai bawah jika infeksi berkembang parah.

Mengingat polio berdampak serius, Dinkes Bandung Barat tidak hanya memperkuat kampanye imunisasi, tetapi juga menggenjot edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Dinkes telah mengeluarkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala polio, memperluas cakupan imunisasi bagi anak-anak terutama yang berusia di bawah lima tahun, serta memperkuat edukasi masyarakat tentang kebersihan lingkungan,” lanjut Ridwan.

Ridwan juga menambahkan bahwa seluruh fasilitas kesehatan yang mencakup puskesmas dan rumah sakit di Bandung Barat telah diinstruksikan untuk lebih waspada.

Lebih dari sekadar imunisasi di posyandu, Dinkes juga menggerakkan petugas kesehatan untuk kejar bola ke rumah-rumah warga.

“Kita perlu memastikan seluruh anak mendapatkan imunisasi, tanpa kecuali,” tegas Ridwan.

Dinkes Bandung Barat juga aktif melakukan kampanye di sekolah-sekolah dasar dan pusat kegiatan masyarakat. Kampanye ini juga bertujuan untuk menyadarkan para orang tua akan pentingnya vaksinasi polio.

“Melalui vaksinasi massal dan edukasi yang gencar, kami berharap wabah polio ini bisa segera dikendalikan dan tidak meluas ke wilayah lain,” kata Ridwan.

Menurutnya, pencegahan yang terbaik adalah melalui imunisasi untuk menciptakan kekebalan dari komunitas terkecil serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Ridwan juga menggarisbawahi pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk mendeteksi kasus baru.

Peran semua pihak penting bagi pencegahan polio

Terakhir, Ridwan mengajak semua pihak, dari masyarakat hingga pemerintah, untuk berkolaborasi demi pencegahan penyebaran virus ini. Gerakan ini juga menjadi komitmen pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam penanganan polio.

“Harapan kami adalah upaya kolaboratif yang melibatkan semua pihak agar risiko infeksi dan penyebaran virus polio semakin berkurang,” pungkasnya.