INFO BANDUNG BARAT—Stone Garden atau Taman Batu di Cipatat adalah sebuah kawasan karst seluas dua hektar dengan batu gamping artistik yang letaknya 908 meter diatas permukaan laut. Puncaknya bernama puncak Gunung Pawon yang tepatnya berada di Kampung Girimulya, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Bukti bahwa Taman Batu di Wilayah Cipatat merupakan Sisa Laut Dangkal

Menilik sejarah terbentuknya, taman batu ini merupakan bagian dasar laut purba yang airnya surut akibat pergeseran tanah dan letusan hebat gunung api purba di masa silam. Salah satu yang dapat membuktikan bahwa Taman Batu Citatah adalah dasar laut purba yaitu keberadaan batuan-batuan di sana yang umumnya runcing dan berongga-rongga, layaknya terumbu karang.

Selain itu, beragam jenis fosil hewan purba banyak ditemukan di sekitaran Waduk Saguling. Fosil hewan purba tersebut, kini dipamerkan di Museum Geologi, Kota Bandung. Salah satunya, fosil ular piton yang tersimpan di kaca vitrine tepatnya menyatu dengan ruangan Cekungan Bandung. Fosil ular jenis Reticulatus ini diperkirakan berumur 30-40 ribu tahun.

Fosil ular piton yang diduga peninggalan laut purba (foto: detik.com)
Fosil ular piton yang diduga peninggalan laut purba (foto: detik.com)

Begitu juga di kawasan Padalarang, pernah ditemukan fosil kerang raksasa atau memiliki nama ilmiah Tridacna gigas yang kini juga sudah menjadi koleksi fosil di Museum Geologi.

Fosil kerang yang diduga peninggalan laut purba (foto: detik.com)
Fosil kerang yang diduga peninggalan laut purba (foto: detik.com)

Hal itu diperkuat dengan temuan peneliti fosil kerangka manusia purba berusia 7.300 hingga 9.500 tahun silam di Gua Pawon atau di kawasan bawah Stone Garden. Fosil asli yang ditemukan pada 2004, disimpan di Balai Arkeologi Bandung. Sempat pula ditemukan berbagai peralatan purba dan 6 kerangka manusia purba. Tapi, yang utuh hanya satu. Maka Stone Garden yang berada di atas puncak Goa Pawon tentu tidak bisa lepas dari keterkaitan sejarah purbakala.

Kaitannya dengan Danau Bandung Purba

Konon laut dangkal inilah yang menjadi cikal bakal Danau Bandung Purba. Danau ini menyerupai sebuah laut yang luas, membentang dari Cicalengka hingga Padalarang, serta dari Dago hingga ke perbatasan Soreang dan Ciwidey. Luasnya diperkirakan mencapai hampir 3 kali lipat dari luas Daerah Khusus Jakarta. Kedalaman rata-rata danau ini diperkirakan sekitar 20 – 30 meter.

Van Bemmelen, seorang ahli geologi Belanda, pada tahun 1935 meneliti sejarah geologi Bandung. Penelitiannya mengungkapkan bahwa Danau Bandung terbentuk akibat pembendungan Sungai Citarum purba oleh letusan dahsyat Gunung Tangkuban Parahu, yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah barat laut Bandung.

Warga Belanda kelahiran Batavia tahun 1904 ini mengungkapkan sejarah terbentuknya kawasan Bandung modern. Dia mengungkap fakta berdasarkan sisa-sisa peninggalan dari jutaan tahun lalu.

Awalnya, Willem van Bemmelen mempelajari struktur geologi di kawasan Bandung. Dia kemudian mampu menyimpulkan bahwa sejarah daratan Bandung sudah dimulai sejak era Miosen dalam kurun waktu sekitar 20 juta tahun yang lalu.

Menurutnya, ketika itu kawasan Bandung Barat masih berupa laut. Bukti-bukti yang dia temukan berupa fosil koral. Fosil koral ini lah yang membentuk terumbu karang yang masih bisa ditemukan hingga sekarang di sekitar bukit Rajamandala.

Cikal Bakal Gunung Sunda Purba dan Dataran Bandung

Berdasarkan hasil penelitian Willem van Bemmelen, laut di kawasan Bandung Barat mulai terangkat sehingga membentuk daratan lewat peristiwa tektonik sekitar 14 juta hingga 2 juta tahun lalu.

Kawasan ini kemudian berubah menjadi pegunungan. Aktivitas vulkanik seperti gunung meletus terjadi pada 2 juta tahun lalu kemudian membentuk gunung api purba yang disebut dengan Gunung Sunda Purba.

Gunung Sunda ini lah yang menjadi cikal bakal cekungan Bandung saat ini. Gunung Purba ini juga disebut-sebut sebagai induk dari sejumlah gunung berapi di Jawa Barat.

Sisa-sisa dari Gunung Sunda ini sekarang menjadi Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, Gunung Burangrang, dan Gunung Putri.

Penelitian lebih lanjut oleh Dam dan Suparan (1992). Menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentalikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/TH disequilibirum. Mereka mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menunjukkan bahwa Danau Bandung Purba memiliki peran penting dalam membentuk lanskap kota Bandung sekarang.***